Oleh: Zainal Abidin
"Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang sukses, tapi jadilah seorang yang bernilai". ~ Albert Einstein.
Z-Styling - Bukan orang bersosial namanya jika belum sukses, bukan pula orang sukses jika belum bernilai. Seperti pernyataan Albert Einstein (1879-1955), siapa yang tidak kenal seorang Ilmuwan pakar bidang Ilmu Fisika asal kewarganegaraan Wurttemberg, Jerman ini, ia mengemukakan tentang sejatinya hidup sukses ada pada nilai-nilai sosial, bukan yang lain. Kerapkali, orang-orang disekitar kita memandang bahwa hidup sukses adalah hidup yang dipenuhi dengan "warna biru dan merah" lembaran angka kertas, padahal tidak seburuk harapan karyawan pemalas untuk mendapat gaji tetap, atau para koruptor yang jalas-jelas melibas habis uang rakyat.
Faktanya, banyak orang menjadi sukses dan terpandang bukan karena rajin membeli mobil mewah, atau rajin menabung dengan ratusan Kartu Kredit di laci kamar, tetapi lebih kepada penekanan nilai-nilai sosial. Mulai dari saling tolong menolong, membantu yang sedang mengalami kesulitan, memberi kepada yang sedang membutuhkan, sehingga dari sanalah terbentuk jiwa sosial dari prilaku diri yang arif, bijaksana dan penuh lapang.
Memang, menumbuhkan jiwa sosial tidak semudah membolak-balikkan telapak tangan, perlu adanya tanggung jawab bersama serta kerja keras, berkorban untuk diperjuangkan, berjuang hingga titik darah penghabisan. Disatu sisi sebagai pembentukan mental, disisi lain untuk menambah ketahanan dalam beradaptasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Sebab, tidak jarang perbuatan baik acapkali dinilai sebagai sesuatu yang membahayakan dan mengancam.
DR. 'Aidh al-Qarni pernah mengatakan dalam bukunya yang berjudul "La Tahzan" berbunyi, "Anda tak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda".
Dari pernyataan di atas, sangat jelas bahwa watak dasar manusia adalah pengingkar dan pembangkang. Tinggal bagaimana cara mengatasi hal tersebut dengan penuh rendah hati, karena dalam hal bersosial, orang yang membenci kita akan selalu ada, gunanya untuk melihat sisi buruk kita yang kadang terlewatkan. Mereka tidak akan pernah berhenti sebelum masa umur kita usai, atau hari kiamat menjelang. Dengan kata lain, sukses dan tidaknya hidup seseorang ada pada bagaimana cara berjiwa sosial yang baik, bukan bergantung kepada kesalah kaprahan banyak orang dalam bentuk "warna biru dan merah" lembaran angka kertas tersebut , tetapi lebih kepada nilai-nilai sosial sehingga inilah yang dinamakan sejatinya kesuksesan.
Dalam contoh lain, motivasi hidup misalnya. Seringkali kita melihat bahwa "ber-uang" saja tidaklah cukup untuk menuju sukses. Ada sesuatu yang benar-benar tertanam dalam jiwa. Apakah seorang milyader yang dapat membeli apa saja dengan hartanya bisa dikatakan sukses? Tentu saja tidak! Atau, apakah seorang yang kaya raya, beradat, berketurunan tulen Minang Kabau seperti aktor Azis dalam Film "Tenggelamnya Kapal Vander Wick" ia dapat dikatakan sukses? Sementara, Zainudin dengan latar belakang keturunan orang miskin yang sederhana, hanya dengan modal cita-cita tinggi mampu menanam jiwa sosialnya sehingga menjadi seorang penulis terkenal, terpandang dan hidup dengan serba berkecukupan, cukup untuk segala kebutuhannya. Tentu sosok Zainudin-lah yang dapat dikatan bernilai dalam kesuksesannya seperti harapan Albert Einstein untuk menjadi seorang yang benar-benar sukses dan bernilai.
Bahkan banyak Tokoh-tokoh terkenal dan terpandang bermula dari menata karirnya dengan berjiwa sosial. Bahkan hebatnya lagi, sebagian dari mereka adalah orang miskin yang diluar logika mustahil akan menjadi sukses. Seperti Tokoh bernama HAMKA (1908-1981). Nama asli Beliau adalah Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Beliau adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang sukses dan terkenal. Beliau hanya sempat mendapatkan pendidikan sampai Sekolah Dasar Maninjau sampai kelas dua namun dengan kemampuan dan jiwa sosial yang benar-benar tertanam dalam dirinya, beliau bisa menjadi orang sukses dan terkenal tanpa harus sekolah tinggi. Atas jasa dan karya-karyanya, HAMKA telah menerima anugerah penghargaan, yaitu Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo (tahun 1958), Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (tahun 1958), dan Gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia. Hebat, bukan?
Begitulah, berjiwa sosial adalah kunci raih hidup sukses. Tak urus seberapa besar cita-cita dan bisnis yang sedang Anda kerjakan, jika Anda tidak bersosial, tunggulah sesuatu yang tidak Anda inginkan mengejar Anda. Sebaliknya, sekecil apapun usaha Anda, semiskin apapun Anda, jika Anda tanam jiwa sosial di diri Anda, tunggulah pula, kebahagiaan dan kesuksesan menyambut Anda. Sebab, jika Anda bernilai, bernilailah semua usaha yang Anda bangun, cita-cita, termasuk nilai diri Anda sendiri.
0 Response to Jiwa Sosial Raih Hidup Sukses
Posting Komentar
Terima kasih Anda telah berkomentar.