Puisi: Takdir yang Berkisah

Tangga Langit

Aku telah masuk dalam taraf segalanya. Sebuah ironi yang bisa terjadi pada siapapun. Baru saja! Ya, baru saja. Lentikan jari ini kembali memutar tentang perjalanan waktu yang mendidihkan mata.

Tapi sebaliknya, hidup ini bukanlah suatu jalan datar yang selalu dapat ditaburi bunga-bunga, melainkan adakalanya harus disirami air mata segar, atau bahkan juga air mata darah.

Aku terbangun kemudian bejalan, aku beranjak kemudian terinjak. Seperti gugurnya daun dari ranting pohon yang kering, melayang diterbangkan angin, ia takkan pernah kembali untuk waktu yang panjang, tak bisa ditunggu dalam masa penantian.

Namun aku harus tersadar, aku harus mendinginkan didihan pandangan ini, menjadi sudut pandang yang mampu merangkum anugerah, bahwasanya "Takdir telah menjadi kisah".

Oleh: Anaz Kolosebo.
Bondowoso, 08 September 2016.

0 Response to Puisi: Takdir yang Berkisah

Posting Komentar

Terima kasih Anda telah berkomentar.