Oleh: BAIDOWI
Z-Styling - Dakwah bukanlah hal yang asing didengar oleh banyak masyarakat. Diketahui, dakwah merupakan salah satu metode yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam guna melakukan ekspansi terhadap agama. Nabi kita tak semudah saat ini, beliau dahulu bersusah payah melakukan dakwah dengan dihantam banyak persoalan. Mulai dari cemoohan, celotehan, ancaman dan lain-lain.
Akan tetapi, hal itu tak mampu membuat beliau gentar, atau tak sedikitpun dapat menyurutkan semangat beliau dalam berusaha melakukan ekspansi terhadap agama hingga besarlah agama Islam seperti saat ini.
Seringkali kita dengar dari para pendakwah masa kini, "Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Akhirus Zaman, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam gelap menuju alam yang terang menderang". Hal seperti itu juga membuktikan betapa besar proses perjuangan Nabi kita demi umatnya.
Di Indonesia, tidak sedikit para penerus beliau yang menjadi Khalifah Fil Ard dengan menjalankan perjuangan (dakwah) di bumi Nusantara, adanyanya Wali Songo dan para Auliya lainnya, misalnya. Para pejuang pasca wafatnya Rasulullah ini tetap mempunyai nilai sama, yaitu dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang menimpanya dengan berbagai macam persoalan. Berkorban, sabar dan ikhlas adalah modal mereka.
Lain lagi dengan masa yang serba canggih seperti saat ini, dengan adanya teknologi, tentu sudah sangat gampang untuk menemukan referensi dakwah. Oleh sebab itu, banyak da'i yang bermunculan entah di tengah-tengah masyarakat, televisi bahkan sudah banyak yang eksis di "dunia maya" yang sering kita kenal dengan dunia media sosial. Jadi, bukan hal yang aneh jika dakwah yang mulanya adalah media untuk menyalurkan hasrat berjuang untuk menyebarkan agama, kini telah berganti menjadi media "Penyubur Kantong", mencari uang dengan hasil dakwahnya. Maka jangan heran ketika banyak tokoh-tokoh atau para da'i di jaman modern ini terjerat hukum pidana dengan melakukan kekerasan, kejahatan, penipuan dan lain sebagainya. Hal itu juga adalah salah satu bukti dari kesalahan niat dan juga membuktikan bahwa dakwah di anggap sebagai media untuk menyambung hidup.
Sebagai contoh, salah satu Ustad ternama di media yang terjerat hukum pidana karena penipuan yang di lakukannya pada tahun 2014. (Baca; daftar ustad bejat). Hal tersebut bisa di jadikan sebuah rujukan bahwa para da'i kontemporer yang sejatinya merupakan penerus perjuangan Nabi muhammad SAW, sudah melupakan apa maksud dan tujuan mereka berdakwah. Dan akhirnya dampak dari hal tersebut, dakwah tidak lagi menjadi media untuk berjuang di jalan Allah SWT, melainkan dakwah sudah di jadikan sebagai profesi untuk mengejar dunia.
Kita yang sejatinya adalah Khalifah di dunia sebagai penerus dari Rasulullah, mari luruskan dan benahi paradigma masyarakat yang selalu mengukur semuanya dengan materi. Bagaimana mungkin kita bisa dikatakan Khalifah di muka bumi, sedangkan untuk mencapai ketauhidan yang sempurna hanya mengukur semua itu dengan materi, padahal yang demi-Nya kita mengabdi adalah tidak bermateri. Lalu kapan kita akan menggenggam ketauhidan itu dengan sempurna?
Luruskan niat kembali di jalan-Nya, jalan yang di firmankan صراط المستقم "Jika tidak bisa merubah, setidaknya jangan merusak".
0 Response to Media Dakwah Penyubur Kantong
Posting Komentar
Terima kasih Anda telah berkomentar.